untuk berita versi bahasa indonesia

Pada tanggal 23 sampai 25 Februari 2016, dosen dan staf Program Studi Teknik Lingkungan UII (PSTL UII) berkunjung ke beberapa instansi untuk melakukan studi banding demi meningkatkan kualitas laboratorium dan kesiapan akreditasi internasional. Kunjungan ke beberapa instansi ini diikuti oleh para dosen, staf administrasi dan laboran PSTL UII. Sayangnya, bapak Kaprodi tidak dapat turut serta karena harus mengawal kegiatan di kampus.

Kunjungan pertama dilakukan di Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan (PuSarPeDaL) di Serpong, Tangerang Selatan. Pusarpedal yang terletak di kompleks Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PusPIPTek) ini merupakan unit yang dimiliki oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Pusarpedal didirikan sejak tahun 1993 sebagai referensi laboratorium lingkungan. Tentu saja laboratoriumnya pun telah terakreditasi secara simultan oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Laboratorium yang terdapat di PuSarPeDal ada 6 laboratorium:

  1. Laboratorium Uji Kualitas Udara
  2. Laboratorium Air

Bertempat di Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta CETS UII mengadakan Inhouse Training Pengolahan Limbah Cair dan Padat Industri Batik yang diselenggarakan atas kerjasama antara CETS UII dengan Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta. Yang dilaksanakan pada tanggal 21 – 30 September 2015.

Pelatihan ini dibuka langsung oleh Direktur CETS UII Bapak Luqman Hakim, ST.,M.Si dan Kepala Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta Ibu Zulmalizar, MM. Dalam sambutannya Bapak Luqman Hakim menyampaikan informasi dan keluh kesah dari masyarakat sekarang ini mengenai masalah Limbah Batik yang mencemari sungai disekitar Industri Batik, para peserta pelatihan diharapkan mampu memecahkan masalah Limbah Batik cair maupun padat yang kedepannya bisa diolah dan jadi bermanfaat. Karena sekarang ini 90 % dari industri Batik itu akan jadi limbah, baik dalam proses pewarnaan ataupun pencelupan. Untuk saat ini industri Batik kebanyakan masih bersifat Home Industri. Jadi kita harus bisa bekerjasama dengan Pemerintah agar bisa memfasilitasi pembuatan IPAL bagi Limbah Batik. Harapannya Limbah Industri Batik kedepannya bisa diolah dan tepat guna bagi semua, Batik yang ramah lingkungan, tambah Luqman Hakim.

Sementara itu Ibu Zulmalizar, MM dalam pembukaannya mengatakan bahwa benar selama ini untuk Industri Batik masih bersifat Home Industri dan 100 % dari Industri Batik meggunakan Zat Kimia Sintesis jadi masih menjadi PR buat kita untuk bagaimana menangani masalah tersebut. Untuk Limbah Cair dan Padat memang banyak dan belum bisa mengolah limbah tersebut jadi tepat guna. Dengan kegiatan Inhouse Taining ini merupakan langkah awal semoga bisa bekerjasama kedepannya untuk bisa menangani masalah limbah Industri Batik. Kegiatan ini merupakan silaturohmi dan semoga membawa berkah bagi semua, ucap Ibu Kepala Balai Batik Kerajinan dan Batik. Adapun motto beliau yaitu : “ Tidak ada Masalah yang Tidak Bisa di Pecahkan”.

Pelatihan yang berlangsung pada tanggal 21 – 30 September ini, menghadirkan beberapa pemateri yang berkompeten dengan berbagai topik yang berkaitan dengan pengolahan limbah cair dan padat Industri Batik baik dari Staf Pengajar JTL UII maupun praktisi yang berkecimpung dalam bidang pengolahan limbah. Tidak hanya materi yang disampaikan oleh para trainer tapi juga memberikan gambaran mengenai upaya yang dapat dilakukan seperti pemanfaatan bahan alam sebagai Absorben limbah batik dan praktek elektrolisis maupun praktek pemanfaatan limbah sludge batik sebagai Absorben sehingga diharapkan peserta tidak hanya memahami teori-teori yang diberikan namun juga paham mengenai bentuk pengelolaan limbah yang dapat dilakukan di Industri Batik.

Acara pelatihan ini selesai pada hari Rabu, tanggal 30 September 2015 dan ditutup langsung oleh Ketua Program Studi Teknik Lingkungan Bapak Hudori, ST.,MT dan perwakilan dari Balai Besar Kerajinan dan Batik Ibu Siti Rohmatul Umah selaku Kepala Bagian Pemrograman dan Pelaporan. Sebagai harapan semoga kerjasama ini tidak berhenti disini saja, untuk kedepannya bisa berkolaborasi lagi dalam hal penanganan Limbah Batik dengan tercapainya Green Batik, ucap bapak Hudori.

Menyambut tahun ajaran baru 2015/2016, Program Studi Teknik Lingkungan (PSTL) Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) UII telah menerima sebanyak 192 mahasiswa baru (maba). Jumlah maba laki-laki dan perempuan hampir sama untuk angkatan 2015 ini. Maba angkatan 2015 ini pun seperti mahasiswa PSTL UII angkatan sebelum-sebelumnya, berasal dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan banyak yang berasal dari luar Jawa. Perbedaan asal dan etnis diharapkan tidak akan menjadi konflik melainkan malah akan membuat hubungan yang dinamis antar maba dengan memberikan pengaruh positif dari pertukaran budaya antar mahasiswa.

Pada hari Rabu, 26 Agustus 2015, sebagian dosen dan staf dari PSTL menyambut para mahasiswa baru angkatan 2015 di Ruang Auditorium FTSP. Di ruangan tersebut, Bapak Hudori ST., MT., selaku ketua program studi, selain memimpin perkenalan dengan dosen dan staf PSTL, juga mengajak para maba berkenalan dengan program studi tempat mereka akan menuntut ilmu beberapa tahun ke depan. Para maba diperkenalkan antara lain dengan sejarah perkembangan PSTL, mata kuliah apa saja yang akan diajarkan, sistem perkuliahan dan tata tertib di PSTL, serta potensi lulusan secara umum. Baik maba laki-laki maupun perempuan cukup antusias mendengarkan presentasi dari ketua PSTL, ditunjukkan dengan beberapa maba laki-laki dan perempuan bertanya soal sistem perkuliahan dan terkait profesi HSE (Health Safety and Environment), yaitu profesi yang paling sering menjadi incaran alumni program studi teknik lingkungan.

Harapan dari segenap dosen dan staf PSTL adalah agar mahasiswa PSTL angkatan 2015 dapat menjalani perkuliahan dengan baik dan lancar, sehingga nantinya ketika lulus akan mampu memberikan kontribusi yang lebih baik dari lulusan sebelum-sebelumnya. Diharapkan, sistem pembelajaran yang sedang diusahakan untuk ditingkatkan demi mencapai standar internasional saat ini akan berpengaruh positif untuk seluruh mahasiswa PSTL, khususnya mahasiswa baru. Akhir kata, semoga semua yang akan kita jalani bersama mulai saat ini, menjadi barokah, baik untuk dunia maupun akhirat. Aamiin.

Program Studi Vetement Stone Island Homme Soldes Teknik Lingkungan (PSTL) FTSP UII Stone Island Soldes kembali Stone Island Manteau Soldes mengadakan pelatihan dalam Stone Island Soldes rangka mengejar akreditasi internasional ABET (Accreditation Board for Engineering and Technology). Workshop kali ini dibawakan oleh Bapak Tjokorde Walmiki Samadhi, Ph.D. (dosen Jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung). Pengurusan akreditasi ABET dijabarkan dengan sedetail mungkin oleh Pak Walmiki berdasarkan pengalamannya selama beberapa tahun belakang ini dalam mengurus hal-hal terkait ABET untuk jurusannya di ITB. Penjabaran oleh Pak Walmiki meliputi:

1.Filosofi dan pengenalan akreditasi ABET dan perbandingannya dengan akreditasi BAN-PT.

  1. Timeline atau jadwal pengurusan ABET: mulai dari pengajuan, pelatihan dan technical meeting, konsultasi, visitasi / assessment, penyerahan Veste Stone Island Homme Soldes laporan Self Study Report (SSR)dan masa perbaikan laporan.
  2. Hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk penilaian saat visitasi, baik sarana

Program Studi Teknik Lingkungan (PSTL) FTSP UII mengadakan workshop yang berjudul “Student-Centered Learning (SCL) di Perguruan Tinggi dengan Menerapkan Metode Problem Based Learning (PBL)” pada tanggal 6 – 7 Agustus 2015. Workshop ini dibawakan oleh Bapak Kamarza Mulia, Ph.D dan Ibu Elsa Krisanti, Ph.D. Keduanya merupakan dosen Teknik Kimia Universitas Indonesia yang telah berpengalaman lama dalam menerapkan sistem pembelajaran PBL di kampusnya.

Student Centered Learning (SCL) dispesifikasikan pada metode “Problem Based Learning” (PBL) sebagai metode pengajaran yang akan meningkatkan pemahaman mahasiswa dengan sistem pembelajaran berbasis permasalahan (studi kasus). Sistem pembelajaran PBL menerapkan prinsip SCL, yakni pusat pembelajaran ada pada mahasiswa (student). Mahasiswa dituntut untuk mengkonstruksi pengetahuan/kompetensi dengan cara belajar sendiri dan berkelompok mendiskusikan sebuah permasalahan. Proses pembelajaran ini meskipun nampak hanya memerlukan sedikit sekali peran pengajar (dosen), namun sesungguhnya dosen memegang peranan penting dalam beberapa poin. Pertama, dosen perlu merancang sebuah pemicu permasalahan (problem) yang nantinya akan didiskusikan mahasiswa dalam kelompoknya. Problem ini perlu didasari pada learning outcome (keluaran kompetensi pembelajaran yang diharapkan) yang telah disusun dalam Course Outline. Misalnya, jika biasanya materi bab 1 hingga bab 4 diberikan pada 4 pertemuan, maka pada sistem PBL, jika dimungkinkan, keempat bab tersebut dijadikan satu dalam sebuah studi kasus (problem) yang nantinya akan dipelajari mahasiswa dengan sendirinya ketika menganalisis studi kasus tersebut.

Sistem pembelajaran ini merupakan sistem pembelajaran termutakhir yang dikembangkan untuk mencapai standar mutu pembelajaran internasional. Dalam waktu dekat ini, sistem pembelajaran di Program Studi Teknik Lingkungan (PSTL) FTSP UII perlahan-lahan akan menerapkan sistem PBL untuk beberapa mata kuliah – mata kuliah tertentu yang cocok. Hal ini dilakukan agar PSTL mendapatkan akreditasi internasional untuk program studi teknik, yaitu ABET (Accreditation Board for Engineering and Technology). Mari kita doakan bersama-sama untuk kemajuan PSTL kita tercinta.

Pada tanggal 5 Agustus 2015, Program Studi Teknik Lingkungan (PSTL) FTSP UII mengadakan diskusi dengan lembaga profesi plambing internasional, International Association of Plumbing and Mechanical Officials (IAPMO). Diskusi ini bertujuan untuk membantu mengarahkan kurikulum PSTL agar lulusannya dapat bergabung dalam ikatan profesi plambing. Mengingat dalam kurikulum Teknik Lingkungan selalu ada mata kuliah perencanaan plambing, maka hal ini dirasa cukup penting untuk dilakukan. Lulusan Teknik Lingkungan selama ini hanya tergabung dalam profesi ahli teknik lingkungan seperti konsultan AMDAL dan instalasi pengolahan air, sehingga adanya penambahan profesi ahli ini dianggap sebagai langkah yang baik. Tentunya untuk melakukan itu diadakan pembahasan terkait Kerangka Kualikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan pembentukan organisasi ikatan profesi plumbing di Indonesia. Diskusi ini untuk sementara menghasilkan poin-poin penting sebagai berikut:

– IAPMO perlu mereview/membandingkan materi kurikulum KKNI dan PSTL UII dengan kurikulum yang diusulkan IAPMO

– Mindset profesi plumbing di Indonesia masih sangat rendah, berbeda dengan negara maju yang profesi plumber dihargai dengan honor yang cukup tinggi

– Usulan gelar yang akan diberikan untuk profesi plumbing: Plumbing System Engineer (PSE)

– Perlunya kerjasama dengan LPJK (Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi) untuk keperluan sertifikasi.