Pengolahan Deterjen Menggunakan Teknologi Elektrokoagulasi dengan Elektroda Aluminium

Hudori1

Studi Kinetika Proses Adsorpsi NOM pada Air Permukaan dengan Zeolit dan Karbon Aktif

Karakteristik Fisiko Kimiawi (Morfologi, Higroskopisitas, pH dan Toksisitas) Panel Bangunan yang Dihasilkan dari Komposit Limbah Abu Terbang Batu Bara (Fly Ash), Daun-Ampas Tebu, Jerami-Sekam Padi dan Ijuk (Palm Fiber)

(Sumbawa Barat Post) Pada umumnya masyarakat Indonesia tidak ingin mengetahui hal – hal di sekelilingnya dan sering mengabaikannya, contoh saja air cucian beras, air cucian beras dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal.  Sebelumnya mari kita cari tahu beras itu apa? Beras, dalam pengertian sehari – hari yang dimaksud beras adalah gabah yang bagian kulitnya sudah dibuang dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan penggiling (huller) serta penyosoh (polisher), mari kita flash back lebih dalam bagaimana proses sebelum menjadi beras alias masih padi.

Tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500 -2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 -1500 m dpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jumlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 -22 cm dengan pH antara 4 -7 dan tentunya Padi dibudidayakan dengan tujuan mendapatkan hasil yang setinggi-tinginya dengan kualitas sebaik mungkin, untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan maka, tanaman padi yang akan ditanam harus sehat dan subur. Tanaman padi  yang sehat ialah tanaman yang tidak terserang oleh hama dan penyakit, tidak mengalami defisiensi hara, baik unsur hara yang diperlukan dalam jumlah besar maupun dalam jumlah kecil, mengingat tanaman padi yang sehat ialah tanaman yang tidak terserang oleh hama dan penyakit tentunya para petani sekarang menggunakan pestisida untuk mendapatkan hal tersebut.

Memang kita akui, pestisida banyak memberi manfaat dan keuntungan. Diantaranya, ampuh menurunkan populasi jasad penganggu tanaman dengan periode pengendalian yang lebih panjang, mudah dan praktis cara penggunaannya, mudah diproduksi secara besar-besaran serta mudah diangkut dan disimpan. Manfaat yang lain,  secara ekonomi  penggunaan pestisida relatif menguntungkan. Namun, bukan berarti penggunaan pestisida tidak menimbulkan dampak buruk. Akhir-akhir ini disadari bahwa pemakaian pestisida, khususnya pestisida sintetis ibarat pisau bermata dua. Dibalik manfaatnya yang besar bagi peningkatan produksi pertanian, terselubung bahaya yang mengerikan. Tak bisa dipungkiri, bahaya  pestisida semakin nyata dirasakan masyarakat, terlebih akibat penggunaan pestisida yang tidak bijaksana. Kerugian berupa timbulnya dampak buruk penggunaan pestisida, dapat dikelompokkan atas 3 bagian : (1). Pestisida berpengaruh negatip terhadap kesehatan manusia, (2). Pestisida berpengaruh buruk terhadap kualitas lingkungan, dan (3). Pestisida meningkatkan perkembangan populasi jasad penganggu tanaman.

Karena 3 hal tersebut kita harus dapat memanfaatkan beras semaksimal mungkin selain untuk ditanak menjadi nasi untuk dimakan dengan cara memanfaatkan air cucian berasnya. Air cucian beras dapat dimanfaatkan sebagai penyubur tanaman, ya memang cukup banyak bahan penyubur tanaman alternatif yang telah digunakan secara turun temurun yang terbukti manjur secara empiris. Tanpa disertai penjelasan pasti tentang kandungan zat ampuhnya, tanaman bisa tumbuh naik. Salah satu bahan yang akrab kita jumpai dan dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman  adalah air cucian beras, Kenapa air cucian beras bisa menaikkan performa tanaman? Adapun penjelas logis dan ilmiah mengenai hal ini adalah karena air cucian beras mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi. Karbohidrat bisa jadi perantara terbentuknya hormon auksin dan giberelin. Dua jenis bahan yang banyak digunakan dalam zat perangsang tumbuh (ZPT) buatan.

Auksi bermanfaat untuk merangsang pertumbuhan pucuk dan kemunculan tunas baru sedangkan giberelin berguna untuk merangsang pertumbuhan akar. Aplikasi air cucian beras cukup dengan menyiramnya ke media tanam misal tanah dan air cucian beras banyak mengandung vitamin B1 yang berasal dari kulit ari beras yang ikut hanyut dalam proses pencuciannya, dimana vitamin B1 merupakan unsur horman  (fitohormon) dan hormone tersebut dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman maka dari itu Vitamin B1 ini berguna dalam mobilisasi karbohidrat hingga bagus untuk tanaman yang baru replanting. Sementara itu ada yang mengatakan bahwa vitamin ini membantu perakaran. Vitamin B1 akan membantu perakaran selama bersama dengan auksin. Pada tissue culture, vitamin B1 tanpa auksin tidak berpengaruh pada perakaran, sedangkan B1 dan auksin memberikan pengaruh yang lebih besar dibanding hanya auksin saja karna itu Air limbah cucian beras merupakan bahan organik yang banyak dan belum dimanfaatkan, berpotensi untuk dijadikan pupuk organik. Selain mudah didapat dan murah, mudah cara pembuatannya, tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan. Oh, ya baru ingat pupuk air limbah cucian beras mempunyai kandungan unsur hara P dan N yang cukup tinggi, yang dibutuhkan tanaman. Saat ini sudah dimulai penelitian untuk memanfaatkan pupuk air limbah cucian beras pada tanaman hortikultura, yaitu tanaman hias anggrek dan sayur-sayuran, seperti bayam dan selada, yang secara umum hasilnya menyatakan bahwa pupuk air limbah cucian beras dapat menggantikan pupuk kimia, sehingga pupuk air limbah cucian beras mempunyai peluang yang besar untuk dikembangkan.

Selain hal tersebut air cucian beras yang terbuang sia-sia ternyata masih bernilai ekonomis dan berpotensi mendatangkan keuntungan. Hal ini didasari pemikiran bahwa air cucian beras memenuhi syarat untuk pertumbuhan bakteri Acetobacter Xylinum, yaitu terdapat kandungan gula dan karbohidrat. Prinsip utama suatu bahan pangan dapat diolah menjadi nata adalah adanya kandungan karbohidrat yang cukup memadai dalam bahan tersebut. Nata merupakan selulosa yang dibentuk oleh bakteri Acetobacter xylinum. Serat yang ada di dalam nata sangat dibutuhkan dalam proses fisiologi bahkan dapat membantu penderita diabetes dan memperlancar penyerapan makanan dalam tubuh. Oleh karenanya produk ini dapat dipakai sebagai sumber makanan berkalori rendah untuk keperluan diet karna beras memenuhi syarat menjadi makanan pokok jika dilihat dari zat gizi yang dikandungnya.

Karbohidrat adalah komposisi zat gizi yang dominan yang terdapat pada beras dan beberapa makanan pokok lainnya. Pada beras pecah kulit, kandungan itu mencapai 76% sedangkan kandungan proteinnya mencapai 8% dan dari Kebiasaan para ibu rumah tangga mencuci beras dengan tujuan membersihkan beras dari kotoran. Namun yang mengejutkan adalah pencucian tersebut dilakukan sampai benar-benar “bersih” dimana pencucian dilakukan sampai air cucian beras berwarna putih susu, hal itu berarti bahwa protein dan vitamin B yang banyak terdapat juga ikut terkikis. Vitamin B1 atau Thiamin berguna dalam pertumbuhan juga diperlukan dalam pembakaran karbohidrat untuk mendapat kalori, semakin banyak kebutuhan kalori semakin banyak pula kebutuhan vitamin B1. Vitamin B1 membantu dalam penggunaan zat makanan oleh tubuh dan mengatur pembentukan butir-butir darah. Vitamin B1 juga membantu pencegahan penyakit beriberi.

Dan ternyata Dimasa lalu ibu atau nenek kita berusaha meredakan gatal-gatal pada kulit dengan menggunakan tepung beras. ahkan air bekas cucian beras suka digunakan mereka untuk membasuh muka. eiring dengan perkembangan teknologi, beras juga mulai merambah ke dunia kecantikan. Ada beragam pilihan, mulai dari beras putih dan merah.

Apa Rahasianya?
Tepung beras mengandung tingkat pH yang relatif netral. Tak hanya beras putih, beberapa produsen kosmetik mulai menggunakan beras dan merah sebagai salah satu bahan dasar dalam proses pembuatan produk perawatan wajah. Beras hitam diyakini mengandung protein yang di sebut peptida, berfungsi sebagai antioksidan yang mampu membantu menyamarkan kerutan halus pada wajah. Sementara beras merah bisa membantu mengimbangi kadar minyak berlebih pada kulit wajah. Maka tak heran bila beberapa kelompok masyarakat suka merendam beras untuk beberapa saat, kemudian air rendamannya sebagai ramuan untuk menghaluskan wajah dan membantu mencerahkan warna kulit.

(Kalimantan-News) – Indonesia merupakan negara yang padat penduduknya. Berdasarkan data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat tahun 2011 lalu jumlah penduduk di Indonesia mencapai 241 juta jiwa. Dan diperkirakan akhir tahun 2012 mendatang jumlah penduduk di Indonesia akan mencapai 245 juta jiwa. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, berbagai aktivatas manusia di muka bumi juga meningkat. Munculnya aktifitas manusia yang semakin beragam justru memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan. Salah satunya adalah semakin meningkatnya produksi sampah di Indonesia.

Di Kabupaten Sintang khususnya, sekitar 30 ton sampah dihasilkan setiap harinya. Sampah-sampah yang dihasilkan kebanyakan merupakan sampah rumah tangga. Kondisi ini menyebabkan terjadinya penumpukan sampah di tempat-tempat pembuangan sementara (TPS). Selain itu penumpukan sampah juga terjadi di tempat-tempat umum, seperti yang terlihat di Pasar Sungai Durian Sintang.

Minimnya kesadaran  dari masyarakat merupakan penyebab utama permasalahan ini. Keberadaan sampah-sampah tersebut seolah menjadi angin lalu bagi masyarakat sekitar. Mereka tidak mau ambil pusing dan memilih bersikap acuh tak acuh. Toh sudah ada petugas kebersihan yang bertanggung jawab dengan hal itu. Padahal sebenarnya masalah ini merupakan tanggung jawab kita bersama.

Tanpa kita sadari keberadaan sampah-sampah tersebut ternyata menjadi salah satu faktor penyebab kerusakan lingkungan. Diantaranya merusak keindahan kota, menimbulkan berbagai penyakit, penyebab utama banjir, dll. Hal ini akan berkembang menjadi permasalahan yang sangat serius jika tidak segera ditangani.

Oleh karena itu perlu adanya kesadaran dari masyarakat untuk meminimalisir produksi sampah yang berlebihan demi menyelamatkan lingkungan. Langkah kecil yang bisa dilakukan adalah dengan cara membuang sampah sesuai dengan waktu yang telah ditentukan yakni pukul 18:00-06:00 wib.

Hal ini dapat membantu mengurangi penumpukan sampah di tempat-tempat pembuangan sementara (TPS) pada siang hari. Namun sebenarnya membuang sampah pada tempatnya dan sesuai waktunya saja tidak cukup. Perlu adanya kesadaran dari masyarakat untuk mengurangi produksi sampah. Salah satunya adalah dengan mendaur ulang sampah dengan cara 3R (Reduce/mengurangi, Reuse/memakai kembali, dan Recycle/mendaur ulang).

Produksi sampah bisa dikurangi dengan cara mengurangi pemakaian barang-barang yang dapat menghasilkan sampah yang berlebihan. Selain itu menggunakan atau memanfaatkan barang-barang yang dapat diolah kembali, serta menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan, misalnya tidak menggunakan kantong-kantong plastik karena kantong plastik sangat sulit diuraikan.

Satu lagi yang tidak kalah penting yaitu pemanfaatan kembali sampah-sampah menjadi barang-barang yang bermanfaat. Contohnya: pembuatan pupuk kompos, menciptakan suatu kreasi dari sampah yang bernilai ekonomis misalnya membuat tas dari bungkus kopi, atau mengolah kembali plastik bekas menjadi bijih plastik untuk dijadikan berbagai peralatan rumah tangga seperti ember, dll.

Selain itu dukungan dari pemerintah juga dirasa perlu. Pemerintah seharusnya mengeluarkan peraturan menyangkut penanganan masalah sampah. Para pelanggar harus diberikan sanksi yang tegas agar tidak mengulanginya.

Melalui cara-cara tersebut diharapkan dapat membantu mengatasi kerusakan lingkungan. Hal ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah melainkan tanggung jawab kita bersama. Oleh karena itu, mulai dari sekarang mari kita jaga kebersihan lingkungan kita dan mari kita wujudkan ”Sintang Kota Bersemi”.

Improving Carrying Capacity By Developing Rainwater Harvesting: A Case of Oyo Watershed, Gunungkidul, Indonesia

Widodo B.1; R. Lupiyanto2; and A.H. Malik3
1Department of Environmental Engineering, FTSP, Universitas Islam Indonesia (UII)
2Center for Environmental Studies (PSL), UII
3Professor of Dept. of Environmental Sciences, CIIT, Abbottabat, Pakistan
e-mail:

 Abstract

 Oyo watershed, which mainly consists of rural area with 517,352 inhabitants and 0.65%/annum population growth, is one of degraded watersheds in Indonesia. Although the local government has formulated various watershed developments, the agriculture productivity of this area is still low. Water resources are the main factor that influences the low carrying capacity of its agriculture sector. Its abundant water availability (225,278,277 m3/year) indicates the potential water carrying capacity. With the annual rainfall of 1,858 mm and the low water demand (25,095,223 m3/year), it has a potential water surplus of 200,183,054 m3/year. In reality, due to the low rainwater harvesting, the carrying capacity is also low, indicated by the value of 0.67 with the population pressure of 1.49. This causes a revenue deficit for farmers who earn Rp 160,017.36 million/year while the normal living cost is Rp 2,483,289.60 million. This indicates the low optimality of water resources management. Therefore, the main target of Oyo Watershed management program is to use the available rainwater optimally to guarantee the stability of water availability in dry seasons.

Keywords : carrying capacity, oyo watershed, rainwater harvesting