Mahasiswa Prodi Teknik Lingkungan UII angkatan 2013, M. Machfudz Sa’idi yang merupakan anggota komunitas Youth for Climate Change (YfCC) Daerah Istimewa Yogyakarta, diundang sebagai salah satu delegasi Indonesia di ASEAN Civil Society Conference/  (ACSC/APF) 2016 Timor-Leste pada 2 – 6 Agustus 2016 di Dili, Timor-Leste. Machfudz juga mendapatkan scholarship dari Kedutaan Besar Republik Federal Jerman berupa bantuan fasilitas dan kebutuhan pribadi selama kegiatan konferensi ini.

M. Machfudz Sa’idi

ACSC/APF merupakan konferensi tahunan sejak tahun 2006 yang mengundang perwakilan dari NGO maupun Organisasi Masyarakat Sosial serta Perwakilan Pemerintah dari Negara Penyelenggara yang setara dengan pertemuan Kepala Negara ASEAN yang diselenggarakan di salah satu negara-negara anggota ASEAN. Meskipun begitu, kali ini konferensi tersebut diselenggarakan di Timor-Leste yang belum menjadi bagian dari ASEAN (masih dalam proses didukung untuk bergabung menjadi bagian ASEAN). Perwakilan-perwakilan yang menjadi delegasi dalam konferensi ini berasal dari Organisasi Masyarakat Sosial, LSM/NGO dan Komunitas Rakyat yang memilki program di ASEAN.

Machfudz berfoto bersama Presiden Timor-Leste yang merupakan penerima penghargaan Nobel Perdamaian pada Tahun 1996

ACSC/APF 2016 berfokus untuk membantu memahami dan menyelesaikan permasalahan penting pada masyarakat Timor-Leste. Permasalahan tersebut antara lain permasalahan terkait sengketa batas wilayah perairan dengan laut Australia dan permasalahan yang berkaitan dengan ASEAN dari perspektif masyarakat sipil. Diharapkan, dengan mengandalkan program-program yang telah disepakati negara-negara anggota ASEAN, permasalahan-permasalahan seperti Hak Asasi Manusia, perdamaian, pembangunan, perdagangan, lingkungan, perubahan iklim, pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable Development Goals, SDGs), hukum, imigran, batas wilayah dan budaya yang memengaruhi berbagai macam kepentingan dari negara-negara anggota ASEAN dapat diselesaikan dengan kesepakatan bersama delegasi antar Negara ASEAN.  Selain itu, konferensi ini juga menjadi ajang untuk menjalin relasi dan mempelajari tentang isu-isu yang terjadi di ASEAN.

Delegasi dari tiap negara melakukan diskusi panel melalui sesi workshop dengan berbagai pilihan bidang yang berpengaruh terhadap masyarakat sosial. Hasil dari laporan nantinya akan disampaikan kepada Kantor Sekretariat ASEAN, perwakilan NGO dan organisasi sosial terkait yang diharapkan akan menjadi sebuah masukan yang baik untuk program-program mereka berikutnya. Selain itu, laporan hasil pertemuan konferensi ini tentu juga akan disampaikan kepada masing-masing pemerintah negara-negara anggota ASEAN.

Foto Bersama di Depan Pusat Kebudayaan Indonesia di Timor-Leste

Machfudz mengakui bahwa tahun lalu ia juga mengikuti konferensi ini di Kuala Lumpur, Malaysia bersama dengan beberapa delegasi Indonesia. Machfudz menuturkan bahwa ketika itu delegasi-delegasi dari Indonesia selain dirinya tersebut menjadi wakil untuk bidang hukum dan Hak Asasi Manusia, sementara Machfudz sendiri menjadi wakil untuk bidang perubahan iklim dan lingkungan.

Kesempatan ini dapat terlaksana berkat dukungan dari pihak Kemahasiswaan UII dan Prodi Teknik Lingkungan UII. Machfudz menuturkan bahwa kesempatan ini juga dapat dijadikan sebagai peluang berharga bagi mahasiswa agar dapat terlibat dalam forum ASEAN untuk membuat perubahan untuk masa depan bagi Indonesia dan ASEAN. Selain itu, Machfudz juga berpendapat bahwa pengalaman seperti ini dapat memberikan pengalaman di tingkat global yang sangat berharga bagi mahasiswa.

Ruang Utama Kegiatan ASEAN Civil Society Conference/ASEAN People’s Forum (ACSC/APF) 2016 di Dili Convention Center (DCC) Dili, Timor-Leste.

Disclaimer:
Tulisan asli dari artikel ini berasal dari narasumber sendiri, M. Machfudz Sa’idi (Mahasiswa Teknik Lingkungan UII angkatan 2013). Artikel ini telah disunting pada bagian-bagian yang dirasa perlu untuk meningkatkan kualitas artikel.

Association Internationale des Étudiants en Sciences Économiques et Commerciales (AIESEC) adalah organisasi pemuda non-profit terbesar di dunia. Organisasi ini menggunakan pendekatan inovatif untuk melibatkan dan mengembangkan potensi generasi muda saat ini. Di sini para generasi muda yang mengikuti program AIESEC akan   mendapatkan keterampilan, kompetensi, pengalaman, kepemimpinan, kesempatan magang dan berinteraksi dengan jaringan global secara luas.

Dengan mengikuti program winter exchange student dari AIESEC, diharapkan nilai Indonesia dapat disampaikan dan dipromosikan dengan sebaik baiknya, terlebih untuk meningkatkan mobilitas dan pemahaman antar budaya dengan motivasi pelajar untuk mengambil bagian dalam karya ilmiah, pekerjaan sosial, kewirausahaan di negara asing, disamping untuk meningkatkan soft skill dan kepemimpinan. Sebagaimana Rahmah Masturah (12513141) salah satu mahasiswi Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) yang telah mengikuti program ini selama lebih kurang 7 (tujuh) minggu bulan Maret yang lalu bertempat di Kutaisi, Georgia Rusia, bersama empat mahasiswa lain dari UII. Namun mereka berlima tidak berpartisipasi atas nama UII. Mereka masuk menjadi peserta dari luar UII karena belum terbentuk AIESEC UII hingga saat itu.

Dalam kegiatannya di Kutaisi, Georgia, Rahmah Masturah mengikuti forum diskusi internasional. Para peserta diminta untuk berdialog mengenai isu-isu global yang terjadi saat ini. Isu yang kerap dibahas yaitu masalah pendidikan, kemiskinan dan lingkungan. Rahmah juga mengikuti forum pengenalan budaya dan bahasa Georgia dengan maksud untuk memperkenalkan kebudayaan lokal dan bahasa yang digunakan. Rahmah pun bersama peserta yang lain ikut mengajar bahasa inggris untuk usia TK hingga SMA setiap hari kerja. Rahmah menuturkan bahwa mereka dituntut untuk dapat bekerjasama dalam menyiapkan materi. Pada saat di kelas, mereka pun dibantu oleh guru yang bertanggung jawab untuk kelas tersebut.

Kegiatan lain  yang dilakukan dalam pertukaran mahasiswa/i internasional ini adalah forum perkenalan budaya. Forum ini bertujuan untuk memperkenalkan budaya, adat dan potensi dari setiap negara di mana para peserta berasal. Di samping itu, dalam forum ini setiap peserta juga diminta untuk menyajikan beberapa makanan khas dan pakaian tradisional dari negara asal. Kegiatan yang lebih menarik lagi adalah forum dan mengajar carreer development khusus bagi anak-anak SMA. Forum ini berisi diskusi bagaimana meningkatkan karir atau prestasi bagi anak-anak SMA tersebut.

Berita di tabloid UII-News

Perubahan iklim (Climate Change) merupakan ancaman serius yang sedang dihadapi oleh umat manusia dasawarsa ini, –terlepas tentang perdebatan tentang kebenaran dari adanya perubahan iklim tersebut– manusia dihadapkan oleh berbagai masalah yang berhubungan dengan lingkungan yang secara langsung mengganggu aktivitas hidup manusia, sebut saja kekeringan ekstrem di banyak negara tropis khususnya negara-negara di benua Afrika yang mengancam ketersediaan pangan bagi masyarakat dunia, anomali cuaca di seluruh dunia, cuaca ekstrem di daerah subtropis yang merenggut banyak jiwa, kenaikan muka air laut di seluruh dunia yang mengancam menenggelamkan pulau-pulau kecil, dan masih banyak lagi masalah yang semakin ditelusuri semakin banyak permasalahan untuk disebutkan.

Contoh langsung yang dapat kita lihat misalnya, kenyataan bahwa Indonesia merupakan negara tropis dengan 2 musim, kemarau dan hujan yang dulunya sangat terjadwal. April sampai September merupakan musim kemarau dan sisa bulannya merupakan musim hujan, dan kenyataannya hingga akhir bulan Mei saat artikel ini ditulis, hujan masih sangat mencintai Indonesia untuk mengucapkan selamat tinggal kepadanya.

Untuk memperingati hari perubahan iklim pada tanggal 23 Mei, Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) Universitas Islam Indonesia (UII) memprakarsai acara Enviro Festival 2016. Acara ini merupakan sebuah Kegiatan yang bertujuan untuk memberikan edukasi kepada mahasiswa dan masyarakat terkait dengan fenomena perubahan iklim yang terjadi saat ini, dengan harapan adanya kegiatan ini mahasiswa dan masyarakat menjadi lebih peduli terhadap lingkungan dan mampu memberikan suatu solusi yang kreatif dan inovatif untuk mengatasi perubahan iklim. Enviro Festival kali ini mengusung tema besar Raise Your Voice Against the Climate Change, menggerakkan masyarakat untuk bergerak melawan perubahan iklim.

“Kita (panitia) mengajak mahasiswa dan warga umumnya untuk raise your voice, bukan cuma suara tapi juga aksi”, ungkap Raka Arya Adi selaku ketua Steering Comittee (SC) acara Enviro Festival 2016.

Acara dibagi dalam beberapa kegiatan, antara lain Talkshow, Bazaar, Car Free Day dan Fun Bike, berlangsung selama dua hari. Talkshow diadakan pada tanggal 21 Mei 2016, bertempat di Jogjakarta Plaza Hotel. Talkshow bertemakan “Apa Kabar Jogjaku”, mengangkat tentang perubahan-perubahan Yogyakarta dari Yogyakarta zaman dahulu dengan Yogyakarta sekarang, serta hubungannya dengan perubahan iklim serta dampaknya bagi Yogyakarta. Acara dipandu oleh Rida Nurafiati, yang pernah menjabat sebagai ketua Koalisi Pemuda Hijau Indonesia (KOPHI) DIY 2013-2015. Sementara itu, pembicara yang dihadirkan oleh panitia antara lain Ninik Sri Handayani (Kasubbid Pengendalian Pencemaran Udara BLH Yogyakarta), Andriyas Aryo (Staf Analisa Iklim Pos Klimatologi Yogyakarta BMKG), Hijrah Purnama Putra (Dosen Teknik Lingkungan, Greenpreneur Butik Daur Ulang). Acara juga menghadirkan Bastian Widyatama dan Vennatia Intan Tsuroyya (Dimas Diajeng Yogyakarta 2015) sebagai perwakilan pemuda di acara Talkshow ini.

Suasana Talkshow “Apa Kabar Jogjaku” (kiri ke kanan: Ridha Nurafiati, Ninik Sri Handayani, Andriyas Aryo, Hijrah Purnama, Vennatia Intan, Bastian).

Kegiatan kedua dari rangkaian acara Enviro Festival 2016 ini adalah Car Free Day dan Fun Bike yang sama-sama diadakan di Jalan Jendral Sudirman pada tanggal 22 mei 2016, panitia mengajak mahasiswa dan masyarakat umum untuk peduli terhadap lingkungan dengan cara mengurangi kontribusi kita terhadap pemanasan global dari asap kendaraan dengan cara bersepeda ria, selain itu untuk memeriahkan acara, panitia menyediakan hiburan seperti bazaar, live music, tari zumba masal dan tambahan berbagai doorprize untuk acara Fun Bike dan Car Free Day ini.

Suasana Start Line Acara Fun Bike E-Fest 2016

Raka Arya Adi, mahasiswa Teknik Lingkungan UII angkatan 2013, sebagai ketua Steering Committee (SC) Enviro Festival 2016, menyebutkan bahwa sebagai manusia, mahasiswa Teknik Lingkungan harus mampu  dan siap menanggulangi masalah perubahan iklim. Climate Change – Climate Action, jika ada perubahan iklim harus ada aksi untuk menanggulangi perubahan iklim tersebut.

“Masih banyak permasalahan-permasalahan terkait dengan lingkungan yang perlu kita tanggulangi. Kita sebagai mahasiswa Teknik Lingkungan harus peka terhadap permasalahan-permasalahan lingkungan tersebut”, ungkap Raka sebagai harapan agar acara seperti Enviro Festival ini selalu hadir untuk meningkatkan kesadaran lingkungan masyarakat.

penyusun artikel: Baiq Raudatul Jannah (Mahasiswi Teknik Lingkungan UII angkatan 2013)
*telah disunting tanpa banyak mengubah isi artikel*

Kuliah lapangan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan perkuliahan di kelas. Saat di dalam kelas, mahasiswa dikenalkan dengan berbagai teori.Tentunya menjadi sangat lengkap jika mahasiswa dapat melihat langsung aplikasi teori yang terdapat di lapangan. Untuk mendorong hal tersebut, Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) UII bekerjasama dengan Program Studi Teknik Lingkungan UII menggelar kuliah lapangan yang dilakukan dengan kunjungan keberbagai perusahaan, instansi, serta lembaga – lembaga yang terkait dengan bidang Teknik Lingkungan untuk melihat langsung aplikasi dan teknologi yang diimplementasikan di tempat – tempat tersebut.

Read more