Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan (PSTL) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menorehkan prestasi internasional. Zul Hazmi Lutfi ( TL Angkatan 2015), menjadi delegasi UII dalam ajang European Model United Nation (EuroMUN) 2018 yang digelar di Maastricht, Belanda menyabet gelar Best Diplomacy Award. EuroMUN merupakan salah satu even MUN prestis di Eropa karena delegasi yang berpartisipasi benar-benar diseleksi secara ketat. Tahun ini, EuroMUN mengambil tema, “Shaping the Future from The Heart of Europe”.

Selama kegiatan MUN, Zul berkesempatan mewakili negara Myanmar dalam Dewan Tinggi Komisi Pengungsi PBB atau United Nations High Comissioner for Refugee (UNHCR). Topik bahasan pertamanya adalah, “Expanding the scope and capacity of the 1951 refugee convention” dan yang kedua “The evaluation of refugee camps”.

Zul Hazmi tidak menyangka akan mendapatkan kesempatan membawa penghargaan saat kembali ke Indonesia nanti. “Benar-benar tidak menyangka, karena di dewan tempatku tampil diisi oleh para delegasi yang menonjol. Dan yang pasti adalah bersyukur sekali karena usaha keras untuk jauh-jauh datang ke Eropa terbayarkan,” ungkapnya.

Total keseluruhan peserta adalah 500 delegasi. Indonesia sendiri mengirimkan masing-masing satu delegasi di antaranya dari Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Brawijaya, dan Universitas Islam Indonesia, serta tentunya delegasi lain yang berasal dari seluruh belahan dunia Asia, Australia, Eropa, Timur Tengah, dan Afrika.

Sebelum mengikuti EuroMUN, Zul Hazmi mengaku harus berjuang mempersiapkan diri. Terlebih waktu itu kuliahnya sedang sangat padat. Suasana perlombaan di ajang EuroMUN menurutnya benar-benar sportif dan kolaboratif.

“Semua delegasi sportif dan kolaboratif dalam proses simulasi persidangan, panitia acara juga membangun suasana yang hangat dengan kami para delegasi juga pimpinan sidang,” tambah mahasiswa FTSP UII 2016 itu.
Saat ditanya mengenai pengalaman yang paling berkesan, Zul mengingat saat dimunculkan krisis Rohignya sebagai topik bahasan. Sebagai representasi Myanmar, ia betul-betul harus memutar otak untuk mempertahankan posisi negaranya dan mempertahankan kepercayaan para sekutunya.

Zul yang juga merupakan bagian dari Board of Executive UII MUN Association berharap agar UII MUN Association bisa mendapatkan perhatian dan minat yang lebih tinggi lagi dari mahasiswa UII. Menurutnya, UII MUN Association merupakan wadah yang tepat untuk dapat mengasah kemampuan berfikir kritis dan berani menyampaikan pendapat di depan umum.

“Jangan hanya kejar keluar negerinya saja, tapi yang pertama dikejar adalah kemampuan softskill berdiplomasi yang hanya didapatkan di dalam konferensi MUN,” pungkasnya. (Berita ini telah dimuat sebelumnya di website UII)

Shofi Latifah Nuha Anfesi, Mahasiswi Proram Studi Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia (UII) angkatan 2017 terlibat aktif sebagai peserta dalam Sundance Film Festival 2018 yang diselenggarakan di Park City, Utah, Amerika Serikat pada 18-26 Januari 2018. Kikutsertaan penerima beasiswa unggulan Pondok Pesantren UII 2017 ini didampingi oleh salah satu produser film dari Indonesia.

Mahasiswa yang akrab dipanggil Shofi menceritakan pengalamannya dapat mengikuti acara tersebut bermula dari acara yang diikuti ketika masih duduk dibangku SMAyang bertempat di Los Angeles,  yaitu International Science and Engineering Fair (Intel ISEF) 2017 pada 14-19 Mei 2017. Ia mengaku sebelum ke Los Angeles, sutradara dari Amerika Serikat yang bernama Laura Fix dari lembaga produser film Fishbowl Films datang ke Indonesia untuk mendokumentasikan penelitian dirinya bersama temannya yang dikemas dalam film yang berjudul Inventing Tomorrow.

Selanjutnya Shofi yang merupakan mahasiswai UII dari Bangka Belitung melakukan proses shooting di Indonesia dan di Los Angeles. Dan akhirnya pada pada tahun 2017 yang lalu, sutradara yang mendokumentasikan penelitiannya menyampaikan film tersebut lolos dalam kompetisi Sundance di Park City, Utah, Amerika Serikat.

Semua tokoh yang terlibat dalam proses shooting film tersebut diundang dalam pemutaran film perdana, wawancara dan panel discussion pada acara Sundance Film Festival, Januari 2018. Shofi mengaku dalam mengikuti acara tersebut, juga ditemani oleh peserta lain dari India, Hawaii, dan dari mahasiswa UANL (Universidad Autonoma da Nuevo Leon).

Disampaikan Shofi, pengalaman menarik di dapat seperti banyak yang  menangis setelah melihat filmnya, bertemu dan berbincang dengan Nuclear Physicist, Taylor Wilson dan Megan Smith yang merupakan asisten mantan Presiden Amerika Serikat Barrack Obama. Dalam kesempatan ini Ia merasa senang senang dapat memperkenalkan Islam dan budayanya di hadapan orang-orang di Amerika Serikat melalui keikutsertaannya dan partner penelitiannya dalam aplikasi STEM, kompetisi Intel ISEF dan film Inventing Tomorrow.

Shofi berharap dengan adanya film Inventing Tomorrow ini dapat mengubah pandangan orang-orang di negara lain  terhadap Islam yang dianggap jauh dengan sains. “ Karena justru sains muncul dari ilmuwan-ilmuwan Islam dan Sains juga merupakan reprentasi dari tanda-tanda adanya Allah SWT sebagai sang pencipta alam semesta “  tandasnya.

Shofi berharap kepada pemuda-pemudi Muslim agar dapat mengembangkan ilmu pengetahuan. “Ilmu pengetahuan sebagai alat kita untuk meraih kesuksesan di dunia. Akan tetapi, jangan sampai pernah menghilangkan aqidah kita, akhlakul karimah dan jati diri kita sebagai umat Islam,” ujarnya. (Berita ini telah dimuat sebelumnya di website UII).

Awal Februari ini, 3 mahasiswa dari UII: Muhammad Ilham Abdul Majid, Saraswati Yola Nur Aisyah dan Hafidh Rahmatiyas berhasil menyabet juara 2 pada kompetisi karya tulis dalam event Engineering Physics Week (EPW) di Teknik Fisika ITS Surabaya dengan konsep Smart Water untuk menunjang keberlanjutan akses air minum di Indonesia.

EPW, Event Besar Teknik Fisika ITS
Engineering Physics Week (EPW) adalah event terbesar Departemen Teknik Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya. Event ini diadakan sebagai wadah untuk menggali potensi diri generasi muda Indonesia dengan mengedepankan semangat dalam dunia teknologi dan sains untuk pembangunan dunia industri. Di dalam event EPW 2018 terdapat 3 sub event: Engineering Physics Challenge (EPC), SNAPSHOT dan Smart Innovation of Writing (SNOW). EPC merupakan ajang olimpiade fisika tingkat nasional, SNAPSHOT merupakan ajang lomba fotografi yang ditujukan untuk masyarakat umum, sementara itu SNOW merupakan lomba karya tulis ilmiah tingkat nasional yang ditujukan untuk siswa SMA/sederajat dan mahasiswa. SNOW tahun 2018 ini mengangkat tema “Utillize Your Knowledge For Our Better Nation” yang mengajak generasi muda untuk menyalurkan ide kreatif dan solutif dengan memanfaatkan teknologi ramah lingkungan (green technology) untuk mendukung kesejahteraan masyarakat dan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030. Untuk kategori mahasiswa, tema Meningkatkan Rasio Elektrifikasi di Daerah Berkembang dengan Smart and Green Technology sebagai Upaya Realisasi SDGs 2030 dibagi lagi menjadi 4 sub tema: 1) Pengolahan Energi Terbarukan, 2) Pemanfaatan Energi Terbarukan, 3) Produksi Energi Terbarukan, dan 4) Implementasi Smart Energy Berbasis Internet of Things.

Tim UII Ikuti SNOW
Tim Universitas Islam Indonesia (UII) yang terdiri dari Muhammad Ilham Abdul Majid (Psikologi 2016, NIM 16320162), Saraswati Yola Nur Aisyah (Teknik Lingkungan 2016, NIM 16513003) dan Hafidh Rahmatiyas (Teknik Lingkungan 2016, NIM 16513114) mengikuti event SNOW dengan judul:

Let’s Drink with Smart Water (RESEP: Rekayasa Konsep E-Ecster Portable sebagai Penunjang SDGs di Tahun 2030″

Kompetisi SNOW diselenggarakan melalui tiga tahap. Tahap pertama adalah seleksi abstrak, yang mana para peserta diharuskan mengirim abstrak karya tulisnya melalui e-mail. Diketahui bahwa ada 300 abstrak yang diumumkan lolos seleksi tahap pertama. Selanjutnya peserta diharuskan untuk mengirim full paper karya tulisnya sebagai seleksi tahap kedua. Pada tahap kedua hanya 10 tim yang lolos dan diharuskan mengikuti serangkaian acara pada tahap final di Teknik Fisika ITS pada tanggal 2-4 Februari 2018. Tim UII, tim ITS dan beberapa tim dari PTN maupun PTS lainnya berhasil lolos ke babak grand final.

Tim UII Tembus Grand Final
Pada tahap final para finalis menghadapi pertandingan yang sesungguhnya. Peserta diminta melakukan presentasi menggunakan video dalam waktu lima menit disertai lima menit sesi tanya jawab. Tidak hanya itu, peserta juga diminta untuk mempresentasikan karya tulis ilmiahnya selama sepuluh menit disertai sepuluh menit sesi tanya jawab. Dalam kompetisi ini para finalis berusaha meyakinkan para dewan juri dengan mempresentasikan hasil karya tulis yang telah dibuat beserta videonya. Para dewan juri yang dihadirkan merupakan dosen-dosen yang sangat berkompeten di bidangnya. Kemampuan analisis dan pemecahan masalah dari para finalis benar-benar diuji dalam tahap ini oleh para dewan juri tersebut.

Delegasi UII berhasil mendapatkan juara kedua kategori mahasiswa dengan konsep rekayasa E-Ecster Portable berbasis pada IoT yang telah disebut di atas judulnya. Konsep “Smart Water” merupakan suatu konsep rekayasa botol pemfilter dan pendeteksi air yang terintegrasi dengan gawai dengan tujuan utama mengentaskan permasalahan air bersih dan penyediaan air minum di Indonesia. Pembimbing tim UII, Eko Siswoyo, Ph.D yang merupakan dosen Program Studi Teknik Lingkungan menyampaikan bahwa karya mahasiswa UII ini diharapkan akan mampu menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi krisis air bersih dan air minum di Indonesia.

Mahasiswa Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia (UII) angkatan 2014, Alfin Fadhilah, berhasil lolos sebagai finalis 10 besar lomba tantangan menulis artikel yang berkaitan dengan konservasi energi dan energi terbarukan. Lomba ini diselenggarakan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Tulisan Alfin dapat dilihat pada tautan berikut. Berikut pengalaman yang dibagikan oleh Alfin:

Bermula dari Twitter ESDM
Pertama kali saya mengetahui informasi tentang kompetisi blog #15Hariceritaenergi yang diselenggarakan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) adalah dari tautan seseorang di Twitter sekitar awal Agustus 2017. Setelah mengetahui informasi tersebut, saya merasa persyaratan-persyaratan dari pihak panitia dapat saya penuhi. Tak lama kemudian saya mencoba mendaftar dan memantapkan diri untuk berkonsisten menulis sejak tanggal 17 Agustus 2017 hingga 31 Agustus 2017.

Kompetisi yang mengambil tema Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE)  ini dilaksanakan untuk mendorong pemanfaatan energi bagi para generasi muda (18-30 tahun). Setiap peserta diminta menulis selama 15 Hari tentang topik EBTKE sesuai sudut pandang mereka di kanal blog pribadi. Tulisan yang dimuat terdiri dari minimal 800 kata dan diharuskan untuk disebar ke setiap sosial media dari peserta yang mengikuti kompetisi. Ada sekitar 128 peserta yang mengikuti kompetisi ini dan menghasilkan sepuluh finalis untuk memaparkan gagasan atau mempresentasikan ide mereka pada acara The 6th Indonesia EBTKE Conex 2017 di Balai Kartini DKI Jakarta. Nantinya, selepas presentasi akan dilakukan pengumuman tiga besar untuk berangkat ke kantor pusat The International Energy Agency (IEA) di Paris, Perancis.

Menjadi Salah Satu dari Dua Finalis yang Berstatus Mahasiswa
Pengumuman sepuluh besar finalis telah diumumkan pada 8 September 2017 dan syukur alhamdulillah saya termasuk salah satu di antaranya. Alhasil, pada tanggal 14 September saya diharuskan untuk berangkat ke Balai Kartini guna mempresentasikan ide saya seputar EBTKE. Dalam perjalanan menuju ke Jakarta, saya bersyukur diberikan bantuan dana transportasi oleh pihak Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia.

Saat berada di Balai Kartini, saya agak gentar melihat finalis yang lain dikarenakan hanya dua orang yang terdiri dari kalangan mahasiswa dan selebihnya adalah kalangan profesional, pengusaha, juga peneliti di bidang energi. Bahkan dua dari sepuluh peserta telah memperoleh gelar doktoral. Tetapi saya mencoba untuk bersikap rileks dan apa adanya. Dalam presentasi yang dimulai sekitar pukul sepuluh tersebut, saya mencoba memaparkan tentang bagaimana Indonesia menghadapi permasalahan energi terbarukan di masa yang akan datang. Saya mengusulkan untuk melakukan percepatan program Sustainable Energy One Map (Satu Peta Energi Berkelanjutan) yang berguna untuk mengurangi konflik lahan, terutama pada pengerjaan proyek panas bumi yang sering kita dengar belakangan ini. Selain itu, saya juga memaparkan penerapan konsep VUCA (Volatility, Uncertainity, Complexity and Ambiguity) pada pengembangan energi terbarukan, mengingat konsep tersebut saat ini sedang banyak digunakan dalam analisis pasar global. Jerman menggunakan metode analisis ini untuk membuat kerangka kerja yg diterapkan dalam kebijakan mengenai perubahan iklim. Terakhir, saya mencoba mempopulerkan istilah crowdempowering dalam setiap pembangunan proyek energi bersih yang mana dalam hal ini mengajak masyarakat sekitar untuk aktif berkontribusi terhadap setiap proyek yang dijalankan pemerintah, dalam hal ini Kementerian ESDM.

Selepas presentasi dari kesepuluh peserta, diumumkan tiga peserta yang lolos untuk mengunjungi kantor pusat IEA di Paris. Tapi sayangnya, saya tidak termasuk ke dalam tiga peserta yang lolos tersebut. Meski begitu, saya cukup senang telah berhasil masuk sepuluh besar dan menambah wawasan bagi diri saya tentang EBTKE di Indonesia.

Setelah rangkaian acara tersebut selesai, menjelang sore saya beranjak menuju Expo EBTKE yang gedungnya masih bersebelahan dan melihat beberapa teknologi di bidang energi terbarukan yang telah mulai marak dipasarkan. Hampir dari keseluruhan expo, produk-produk dari solar panel mendominasi rangkaian expo tersebut. Puas melihat produk-produk dalam expo tersebut, saya akhirnya beranjak menuju stasiun kereta api untuk kembali ke Jogja.

Ekspedisi Nusantara Jaya (ENJ) merupakan kegiatan besar yang menjadi salah satu awalan bagi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman untuk melakukan aksi nyata menuju Poros Maritim Dunia. Melalui ENJ, diharapkan terbentuknya konektivitas antarmasyarakat Indonesia sebangsa dan setanah air yang selama ini masih kurang dijangkau karena kondisi geografisnya. ENJ menjadi upaya untuk menghadirkan Negara di pulau-pulau kecil dan terluar dengan mengirimkan pemuda-pemudi terbaik nusantara agar terjun langsung di masyarakat yang membutuhkan (enj-maritim.id).

ENJ terdiri dari tiga kelompok, yaitu kelompok pemuda (kapal perintis), kelompok mahasiswa (kapal perintis) dan kelompok siswa (KRI Dewaruci). ENJ kelompok mahasiswa dan kelompok siswa merupakan kelompok ENJ yang bekerja sama dengan instansi pendidikan tertentu. Kelompok ENJ mahasiswa bekerja sama dengan 46 perguruan tinggi negeri (PTN) dengan kuota 1000 mahasiswa. Sedangkan kelompok ENJ siswa bekerja sama dengan SLTA (SMA/sederajat) dengan kuota 68 siswa. ENJ kelompok pemuda merupakan kelompok yang terdiri dari pemuda yang berusia 17-30 tahun (UU No.40 Tahun 2009). Pada kelompok ENJ pemuda dilakukan seleksi dengan beberapa kriteria khusus, dimana kuota yang disediakan hanya berjumlah 2000 pemuda sedangkan yang melakukan pendaftaran mencapai 13416 (enj-maritim.id).

Rizal Kartika Wardhana, mahasiswa Teknik Lingkungan UII angkatan 2014 mengikuti kegiatan ENJ ini dari tanggal 21 Agustus hingga 31 Agustus 2017. Berikut penuturan Rizal dalam membagikan pengalamannya selama mengikuti kegiatan ENJ tersebut:

Pada kesempatan ini, alhamdulillah saya terpilih sebagai salah satu pemuda yang berhak mengikuti kegiatan ENJ ini. Saya terpilih untuk mengikuti kegiatan ENJ di Provinsi Jawa Timur, lebih tepatnya di pulau Ra’as. Kegiatan tim kami berlangsung selama 12 hari. Kegiatannya terdiri dari posyandu, home visit (diabetes dan hipertensi), Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), sosialisasi beasiswa, pulau inspirasi, taman baca, donasi baju dan sembako, pengenalan internet, yuk nabung, bina kreativitas desa, bersih desa dan pantai, pengolahan buah bakau menjadi sirup, sosialisasi potensi SDA dan konservasi lingkungan, dan eksplorasi pulau. Selama kegiatan yang berlangsung 12 hari tersebut, alhamdulillah kami mendapat dukungan penuh dari masyarakat maupun pemerintah.

?v=Ef05yYu4UvU

?v=gYTs9BVhYAk

Dua mahasiswa Teknik Lingkungan UII angkatan 2013, Suci Varista Sury dan Faisal Arsyad, mengikuti program pertukaran pelajar ke Hokkaido University. Program ini merupakan program kerja sama pertukaran pelajar antara Program Studi Teknik Lingkungan UII dengan Graduate School of Environmental Science of Hokkaido University. Sejak 2009, Program Studi Teknik Lingkungan rutin mengirimkan mahasiswa untuk terlibat dalam program ini.

Kegiatan pada program kali ini melibatkan mahasiswa dalam kegiatan laboratorium yang berkaitan dengan program pengembangan adsorben dan sistem adsorpsi yang berkaitan dengan isu lingkungan terkini. Selama hampir 2 bulan Suci dan Faisal melakukan penelitian terkait pengembangan adsorben menggunakan bahan tertentu untuk mereduksi polutan tertentu sesuai minat dan arahan langsung Prof. Shunitz Tanaka dari Graduate School of Environmental Science, Universitas Hokkaido, Jepang. Kegiatan ini berlangsung pada 3 Februari-24 Maret 2017 setiap hari kerja senin-jumat di Graduate School of Environmental Science, Universitas Hokkaido, Jepang.

Suci melakukan penelitian berjudul “Adsorption of Hexavalent Chromium using Composite Alginate-Humic Acid (AHA) Beads” yang merupakan pengembangan adsorben menggunakan bahan dasar sodium alginate yang dikombinasikan dengan asam humus (humic alginate) untuk mereduksi polutan krom heksavalen (Cr6 ) dalam air. Sedangkan penelitian yang dilakukan Faisal berjudul “Adsorption of Phenol by Poly Vinyl Alcohol Sponge” yang merupakan penentuan kapasitas adsorpsi dari beberapa jenis adsorben yang terbuat dari Poly Vinyl Alcohol (PVA) Sponge untuk mengadsorpsi phenol dalam air.

Selama penelitian di Hokkaido, mahasiswa dibimbing dan diarahkan oleh Prof. Shunitz Tanaka dan Doctor Parvin Bergum dan juga didampingi oleh beberapa mahasiswa, diantaranya adalah mahasiswi program master asal Indonesia yang juga merupakan alumnus Teknik Lingkungan UII, Rizki Anggraini Permana, serta mahasiswa program master asal Jepang Mr. Kenta Nakmura serta mahasiswa program doktor asal Jepang Mr. Yasuhiro Akemoto.

Selain melaksanakan kegiatan laboratorium, selama akhir pekan Suci dan Faisal berkesempatan untuk menjelajah Kota Sapporo yang saat itu sedang berada pada musim salju. Mahasiswa mengunjungi festival perayaan musim salju di Odori Park, melihat pabrik cokelat asli Hokkaido di Chocolate Factory dan Shiroi Koibito Park, menjelajah Hokkaido Shrine, melihat keindahan Kota Sapporo di malam hari dari ketinggian di Mount Moiwa, bermain seluncur salju di Takino Suzuran bahkan menjelajah hingga ke Otaru untuk melihat Otaru Canal dan beberapa museum yang ada di sana.

Presentasi Akhir Penelitian Adsorpsi di Hokkaido University

Foto Suci